Udang Raksasa Dampak dari Peningkatan Efek Gas Rumah Kaca

Senin, 25 Oktober 2010

Penelitian terbaru menunjukan bahwa peningkatan emisi karbon dapat meningkatkan pertumbuhan udang. Akan tetapi, udang tersebut tidak mampu bertahan lama. Sebuah studi yang baru diterbitkan oleh Journal Geology menunjukkan bahwa emisi karbon dioksida yang telah mencapai titik ekstrim akan menyebabkan perubahan-perubahan di lautan, salah satunya adalah meningkatkan pertumbuhan udang yang dapat mencapai 50% dari keadaan normal.

Udang dapat mengambil karbon dari air dan menggunakannya untuk membangun eksoskeleton. Menurut Justin Ries, seorang ahli geologi kelatuan, teori ini bernama NPR Guy Raz, yaitu udang mampu merubah kelebihan material karbon untuk membangun cangkang.

Untuk melakukan studinya, Ries membuat beberapa tangki besar dimana tiap tangkinya diberi perlakuan dengan meningkatkan kadar CO2 yang diprediksikan adalah kadar CO2 pada 100 tahun, 200 tahun dari sekarang.











Peningkatan ukuran udang dengan meningkatkan tujuh kali kadar CO2

Tidak seperti udang dan kepiting, pertumbuhan kerang justru sebaliknya. Kerang yang merupakan mangsa dari udang dan kepiting justru akan semakin kecil dengan peningkatan kadar CO2. Kecilnya ukuran kerang ini akan mempermudah uang dan kepiting untuk memangsanya. Dengan semakin mudahnya proses pemangsaan tersebut, maka mangsa akan cepat habis. Dengan kata lain pertumbuhan udang tidak diikuti pula dengan pertumbuhan makanannya.


Oleh: Rizqi Rizaldi

Profil

Kamis, 21 Oktober 2010


Nama: Aldo Fansuri
NRP: C54061323
Tmp./Tgl. Lahir: Depok, 10 Mei 1988
Email./No HP: aldo_van_suri@yahoo.com / 08562404875
Jabatan MIT: Presiden
Judul Penelitian: Rancang bangun alat pengasapan ikan berbasis mikrokontroler
Nama: Rizqi Rizaldi Hidayat
NRP: C54060724
Tmp./Tgl. Lahir : Jakarta, 17 Maret 1988
Email./No HP : zaldi.itekayes@gmail.com / 08567701902
Jabatan MIT: Software Division
Judul Penelitian: Rancang bangun alat pemisah garam dan air tawar dengan menggunakan energi matahari








Nama: Masagus Muhammad Zulhafiz
NRP: C54050942

Tmp./Tgl. Lahir: Jakarta, 11 Juli 1988

Email./No HP: mgs_zulhafiz11@yahoo.com / 085711389560
Jabatan MIT: Software Division
Judul Penelitian: Rancang bangun tricopter untuk pemantauan vegetasi pantai













Nama: Henky Wibowo
NRP: C54063131
Tmp./Tgl. Lahir: Jakarta, 18 Februari 1988
Email./No HP: kaytambado@yahoo.com / 085691156332
Jabatan MIT: Hardware Division
Judul Penelitian: Rancang bangun konsentrator surya untuk wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil
               


Nama: Erik Munandar
NRP: C54062378
Tmp./Tgl. Lahir: Bogor, 13 September 1989
Email./No HP: nanda_erik_ipb@yahoo.com / 085717487029
Jabatan MIT: Hardware Division
Judul Penelitian: Rancang bangun alat penentu kesegaran ikan



Nama: Mochamad Iskandarsyah
NRP: C54061833
Tmp./Tgl. Lahir: Jakarta, 26 Januari 1989
Email./No HP: mochamad_iskandarsyah@hotmail.com /08569749184            
Jabatan MIT: Accoustic Instrument Division
Judul Penelitian: Penentuan shadow zone akustik dengan metode parabolic equation di wilayah perairan Selat Lombok
                                                                        




Nama: Githa Prima Putra
NRP: C54061123
Tmp./Tgl. Lahir: Bandung, 23 Maret 1988
Email./No HP: githaprima@yahoo.com / 085624112000
Jabatan MIT: Software Division
Judul Penelitian: Pemetaan batimetri dengan metode pendugaan emisi menggunakan citra ALOS tahun 2009 di wilayah perairan pulau lancang kepulauan seribu, DKI jakarta



Nama: Achmad Rifai
NRP: C54062323
Tmp./Tgl. Lahir: Pandeglang, 25 Desember 1987
Email./No HP: achmad.rifai3@yahoo.com / 085697534385
Jabatan MIT: Accoustic Instrument Division
Judul Penelitian: Hubungan kelimpahan plankton dan densitas kan dengan pola makan ikan pelagis di perairann Selat Sunda

Membuat Pengukur Suhu Digital Dengan Sensor Suhu DS18B20

Bahan yang dibutuhkan meliputi:
Kit Mikrokontroler ATMega8535



Sensor suhu  ds18b20
LCD 2x16

Sensor suhu DS18B20 merupakan suatu komponen elektronika yang dapat menangkap perubahan temperatur lingkungan lalu kemudian mengkonversinya menjadi besaran listrik. Sensor ini merupakan sensor digital yang menggunakan 1 wire untuk berkomunikasi dengan mikrokontroler. Keunikan dari sensor ini adalah tiap sensor memiliki kode serial yang memungkinkan untuk penggunaan DS18B20 lebih dari satu dalam satu komunikasi 1 wire. 
Spesifikasi sensor suhu DS18B20:
  • Unik 1-Wire ® interface hanya memerlukan satu pin port untuk komunikasi secara 1-Wire
  • Setiap perangkat memiliki kode serial 64-bit yang disimpan dalam sebuah ROM onboard
  • Tidak memerlukan ada komponen tambahan
  • Bekerja pada kisaran tegangan 3 sampai 5,5V
  • Dapat mengukur suhu pada kisaran -55 sampai 125 °C
  • Akurasi ± 0,5°C akurasi dari suhu  -10 sampai 85 °C
  • Resolusi dapat dipilih oleh pengguna antara 9 sampai 12 bit
  • Kecepatan mengkonversi suhu maksimal 750 ms
  • Kompatibel dengan software Codevision AVR
Pin LCD
PORTC.0 = RS (LCD pin 4)
PORTC.1 = RW (LCD pin 5)
PORTC.2 = E (LCD pin 6)
PORTC.3 = Free
PORTC.4 = DB4 (LCD pin 11)
PORTC.5 = DB5 (LCD pin 12)
PORTC.6 = DB6 (LCD pin 13)
PORTC.7 = DB7 (LCD pin 14)

Pin DS18B20
Pin 1 = Ground
Pin 2 = PORTB.0
Pin 3 = VCC 5 V

Listing program
/*****************************************************
Chip type               : ATmega8535
Program type            : Application
AVR Core Clock frequency: 4.000000 MHz
Memory model            : Small
External RAM size       : 0
Data Stack size         : 128
*****************************************************/

#include <mega8535.h>
#include <1wire.h>
#include <ds1820.h>
#include <delay.h>
#include <lcd.h>
#include <stdio.h>
#define MAX_DS1820 8
#asm
   .equ __lcd_port=0x15 ;PORTC
#endasm

unsigned char ds1820_devices;
unsigned char ds1820_rom_codes[MAX_DS1820][9];
char lcd_buffer[33];

void main(void)
{
unsigned char i,j;
int temp;

w1_init();
ds1820_devices=w1_search(0xf0,ds1820_rom_codes);

lcd_init(16);

while (1)
      {
      for (i=0;i<ds1820_devices;)
          {
          temp=ds1820_temperature_10(&ds1820_rom_codes[i][0]);
          j='+';
          if (temp<0)
             {
             j='-';
             temp=-temp;
             };
          sprintf(lcd_buffer,"t%u=%c%i.%u\xdfC",++i,j,temp/10,temp%10);
          lcd_clear();
          lcd_puts(lcd_buffer);
          delay_ms(800);
          };
      }
}

Oleh: Rizqi Rizaldi



Curhat Aldo Tentang Penelitian

Haii...
ni postingan g jelas gw..
kl dihitung2 ini ud bln ke 5 sejak gw ngajuin judul. Berawal dr idealisme utk membuat alt yg berguna bg byk org, mkny gw ambil lab inkel. Gw pengen bwt alat pengasapan ikan yg efektif dan efisien. Ketika uda mulai,,tyt g spt yg gw bayangin. Ada aja masalah yg di hadapi,, terutama pengontrolan suhu ruangny. Awal percobaan, gw ud mengorbankan satu kipas gra2 kepanasan..pdhl br sx di pk bwt pwnwlitian, perobaan k 2, kabel sensor suhu ds1820 meleleh,,tp gw bersyukur,sensorny ga rusak. Gw sedang berusaha mengumpulkan ide bwt percobaan k 3,,gmn biar suhuny bs stabil,

Ada hal yg menarik selama 5 bln ini,,gw lbh byk jalan2 dibanding semester sebelumny dan kesemuany g ad hub dgn penelitian gw.hahaha


Oleh: Aldo Fansuri

Paradigma yang Keliru Mengenai Sumber Daya Laut dan Pesisir di Indonesia

Indonesia merupakan negara maritim terbesar di dunia yang mempunyai ribuan pulau dan wilayah perairan yang sangat luas beserta sumberdaya yang terkandung di dalamnya baik hayati maupun non hayati. Belum lagi kegunaan laut sebagai media transportasi yang sangat penting, terutama bagi perdagangan dunia. Hal ini ditunjang dengan letak Indonesia yang sangat strategis diantar dua benua dan dua samudera, menyebabkan negara ini dilalui sebagai alur perlayaran internasional yang nilainya mencapai ratusan milyar dolar per tahun. Selain itu peninggalan-peninggalan dari masa lalu seperti harta benda dari kapal yang karam di lautan kita juga sangat banyak dan memiliki nilai yang sangat tinggi. Semua potensi itu seharusnya digunakan untuk kepentingan bangsa dan negara. Namun yang ada sekarang ini sangat jauh dari yang diharapkan. Kepedulian pemerintah di sektor kelautan dan perikanan secara “resmi” pada medio 2000 dengan didirikannya Kementrian Kelautan dan Perikanan, padahal sejak jaman dulu Bangsa Indonesia terkenal sebagai pelaut ulung yang gemar mengarungi samudera seperti pada lagu yang mungkin pada masa kecil sering kita nyanikan “Nenek Moyangku Seorang Pelaut…” .
Paradigma yang pertama berkembang di Bangsa ini tentang laut adalah lautan sebagai semacam penghalang atau pemisah. Hal ini ditunjukan di bidang pembangunan dimana pembangunan yang ada di negeri ini belum merata, hanya terpusat disatu wilayah, sehingga menimbulkan ketidakseimbangan dimana satu wilayah maju sedangkan wilayah lainnya menjadi terbelakang. Celakanya lagi pemerintah berencana membuat jembatan yang menhubungkan Pulau Jawa dan Sumatera. Secara ekonomi memang dengan pembangunan jembatan itu dapat mempercepat trasportasi produk/komoditi, namun ingat bahwa daerah Selat Sunda merupakan salah satu daerah yang rentan terhadap aktivitas gunung berapi dan gempa bumi. Selain itu, belum lagi masalah ekologi dan sosial dengan dibangunnya jembatan itu. Paradigma yang kedua yang berkembang adalah lautan sebagai tempat sampah. Bila kita lihat di daerah pesisir, terutama pesisir kota-kota besar dimana wilayahnya sudah tercemar oleh limbah-limbah industri dan rumah tangga. Limbah tersebut menhancurkan ekosistem pesisir seperti hutan mangrove dan terumbu karang. Limbah-limbah tersebut sangat sukar untuk terurai dan memliki efek agregat bagi makhluk laut beserta tingkat trofik / rantai makananya. Contohnya seperti ini logam berat seperti merkuri dapat ada di ikan kecil, lalu ikan kecil di makan oleh ikan besar, di ikan besar kandungan logamnya tambah banyak, lalu bayangkan bila ikan besar tersebut dimakan manusia, kadar logam berat semakin bertambah di tubuh manusia dan dapat menyebabkan penyakit seperti kanker atau kelainan pada bayi. Itu hanya salah satu contoh, pada kenyataannya lebih banyak dari ini pada kasus di lapangan. Kalau kita lihat di wilayah Indonesia timur, disana ada suatu masyarakat yang sangat menjaga lautnya seperti dengan tidak membuang sampah ke laut, tidak menangkap ikan secara berlebihan dan menggunakan alat tangkap yang relatif ramah lingkungan, karena laut tersebut sebagai sumber kehidupan mereka. Mereka sadar bahwa bila mereka merusak laut, maka itu sama saja dengan bunuh diri, karena mereka sangat menggantungkan hidupnya dari laut. Paradigma yang ketiga adalah ekosistem mangrove tidak bernilai ekonomi. Di wilayah Pluit, telah terjadi alih fungsi ekositem hutan mangrove dari hutan menjadi komplek perumahan mewah. Padahal pada awalnya terdapat kurang lebih 1000 Ha hutan mangrove di Pluit, namun akibat keserakahan manusia di wilayah itu luas total hutan mangrovenya menjadi 100 Ha. Padahal secara ekologis ekosistem mangrove mempunyai fungsi yang sangat besar, yakni sebagai pemecah ombak alami, tempat memijahnya dan mencari makan beberapa spesies pesisir, dll. Pada tahun 2008, penulis sempat berbincang-bincang dengan salah satu masyarakat yang berprofesi sebagai bekas nelayan di wilayah itu, menurutnya dulu nelayan lokal yang sudah lama menetap didaerah itu sangat diuntungkan pada saat ekositem mangrove di Pluit saat masih terawatt dengan baik, karena mereka relatif mudah untuk mencari ikan. Mereka menjadikan wilayah ekositem mangrove itu sebagai tempat mereka hidup, seperti mencari kepiting, ranting, dll. Karena merasa sangat tergantung dengan ekosistem mangrove itu, mereka turut menjaga ekositem tersebut. Namun semenjak terjadinya alih fungsi menjadi lahan perumahan mewah dan reklamasi pantai ekositem mangrove tersebut menjadi rusak, keseimbangan ekologis menjadi terganggu akibatnya mereka mencari ikan menjadi sulit. Bila dulu hanya mencari ikan cukup dengan menjaring, sekarang menjadi sulit. Akibatnya mereka mulai menggunakan cara-cara yang illegal dalam mencari ikan seperti menggunakan bom ikan. Selain itu mereka juga terpaksa menjadi penjual terumbu karang, hal ini membuat ekosistem terumbu karang tersebut sebagai salah satu habitat ikan di disitu menjadi rusak. Hal ini salah satu contoh saja bahwa masyarakat yang dulu dapat melestarikan alam namun karena adanya “egoisme” dari pengusaha dan pemerintah, masyarakat tersebut terpaksa merusak alam yang mungkin sudah turun-temurun mereka jaga, namun akibat tuntutan perut, suka atau tidak suka mereka terpaksa melakukannya. Padahal secara ekologis, kedua ekosistem tersebut sangat besar nilainya, belum lagi nilai valuasi ekonominya.
Memang dalam melestarikan laut tidak harus menjadi seorang ahli kelautan. Masyrakat kecil yang mungkin secara akademik tidak mempunyai gelar dapat sadar bahwa laut harus dilestarikan. Mereka menjaga laut dengan cara dan gaya masing-masing sesuai dengan kebutuhannya. Bagi mereka sumberdaya kelautan dan pesisir sebagai sumber kehidupan, sehingga harus dijaga dan dilestarikan. Namun akibat keserakahan manusia dalam mengelola laut dan sumberdaya pesisir, rasa memiliki laut tidak ada, rasa itu diganti oleh rasa tamak, egois dan berorientasi profit dengan menghiraukan nilai-nilai ekologi, sosial serta kearifan lokal yang ada didalamnya. Pemerintah pun sebagai regulator seharusnyanya peka dan tegas dalam menhadapi oknum-oknum yang serakah ini, jangan hanya tebang pilih dimana masyarakat kecil saja yang ditindak tegas, pengusaha ataupun penjabat yang melanggar aturan juga ikut ditindak tegas, ingat bahwa 1 ekor teri tidak sama nilainya dengan 1 ekor kakap. Namun ada juga tindakan yang patut di contoh, seperti kasus yang ada di Taman Nasional Karimun Jawa, dimana pemerintah dan masyarakat setempat (nelayan) bahu membahu dalam menjaga ekosistem disana. Pemerintah melalui Taman Nasional Karimun Jawa bisa dibilang tidak memiliki armada kapal dan SDM untuk melakukan pengawasan, namun mereka meminta bantuan nelayan setempat untuk melakukan pengawasan dengan imbalan bahan bakar. Bahan bakar nelayan di subisdi oleh Taman Nasional Karimun Jawa dengan syarat mereka tidak menggunakan alat tangkap yang merusak lingkungan dan melaporkan bila ada penggunaan alat tangkap semacam itu. Salah satu cara yang cukup unik dan patut di coba memang. Penulis teringat pesan salah satu narasumber seminar pada MUNAS VII Himpunan Mahasiswa Ilmu dan Teknologi Kelautan Indonesia (HIMITEKINDO) di Pekanbaru, Riau pada bulan Januari 2010 yang isinya “Bila kita berbicara mengenai laut, maka kita harus melihatnya secara menyeluruh (integral) di segala sudut pandang, baik itu secara ekonomi, ekologi, teknologi, sosial, dll, karena laut itu memiliki karateristik yang sangat unik”. Saya rasa sudah saatnya lirik yang ada pada lagu diatas menjadi “hidup” kembali. Amin.


Oleh : Mochamad Iskandarsyah

PROGRAM DENGAN MATLAB UNTUK VISUALISASI DATA BATIMETRI 2 DIMENSI YANG DIOVERLAY DENGAN ARUS PERMUKAAN

Syntax program matlab tampilan batimetri 2D dan arus permukaan:
% -------------------------------------
% Program Batimetri dan Arus Permukaan
% Oleh : Henky Wibowo
% -------------------------------------

data = load('batiarus.txt');
p = 136.2084:0.001:136.2556; q = -1.9251:0.001:-1.8746;
[XI,YI] = meshgrid(p,q);
ZI = griddata(data(:,1),data(:,2),data(:,3),XI,YI,'v4');
contour(XI,YI,ZI)
v = -199 : 5 : 0;
[c,h] = contourf(XI,YI,ZI,v)
x = (data(:,1));
y = (data(:,2));
u = gradient(data(:,4));
v = gradient(data(:,5));
hold on
h = quiver(x,y,u,v);
hold off
Title('Batimetri 2D dan Arus Permukaan','fontweight','bold','fontsize',12);
xlabel('Bujur','fontweight','bold');
ylabel('Lintang','fontweight','bold');


Penjelasan per baris dari Syntax:
·         Baris 1: memuat data
·         Baris 2: memanggil data dengan batas minimum dan maksimum serta interval tertentu. Untuk p (bujur) minimum 136.2084 dan maksimum 136.2556 dengan interval 0.001. Untuk q (lintang) minimum -1.9251 dan maksimum -1.8746 dengan interval 0.001.
·         Baris 3: XI dan YI adalah p dan q yang telah mengalami meshgrid. Meshgrid berfungsi merubah domain vektor, p dan q menjadi matriks XI dan YI.
·         Baris 4: ZI merupakan data pada kolom 1, kolom 2, kolom 3, XI, dan YI yang telah di grid dengan menggunakan fungsi griddata dengan metode ‘v4’ yang merupakan MATLAB4 griddata method.
·         Baris 5: membentuk kontur dari data XI, YI, dan ZI.
·         Baris 6: data v dipanggil dengan nilai minimum -199 dan maksimum 0 dengan interval 5.
·         Baris 7: memberikan warna pada tiap-tiap interval kedalaman yang berbeda.
·         Baris 8: menjelaskan bahwa x adalah data yang dimuat dari kolom 1.
·         Baris 9: menjelaskan bahwa y adalah data yang dimuat dari kolom 2.
·         Baris 10: menjelaskan bahwa u adalah gradien dari data yang dimuat dari kolom 4. Gradient ini berfungsi untuk menentukan arah dari data.
·         Baris 11: menjelaskan bahwa u adalah gradien dari data yang dimuat dari kolom 5.
·         Baris 12: menahan gambar yang ditampilkan sehingga pada perintah berikutnya gambar dapat ditampilkan bersama dengan gambar sebelumnya.
·         Baris 13: menampilkan kecepatan arus dengan komponen (u,v) pada titik (x,y)
·         Baris 14: me-reset perintah sebelum menampilkan gambar baru atau membuat default.
·         Baris 13: membuat judul gambar.
·         Baris 14: membuat keterangan pada sumbu x.
·         Baris 15: membuat keterangan pada sumbu y.

Oleh: Henky Wibowo

PEMBANGKIT LISTRIK DENGAN SISTEM KONSENTRATOR SURYA SEBAGAI ALTERNATIF KEBUTUHAN LISTRIK DI PULAU-PULAU KECIL

Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki sekitar belasan ribu pulau.Namun, kekayaan ini tidak didukung dengan adanya ketersediaan listrik yang memadai. Sampai saat ini sebagian besar wilayah terutama pulau-pulau kecil dan pesisir belum tersedia sumberdaya listrik, sehingga listrik di daerah pulau hanya menggunakan jenset yang dinyalakan malam hari saja, sedangkan siang harinya masyarakat pulau hidup tanpa listrik. Pemakaian jenset pun dapat menimbulkan polusi udara karena memerlukan bahan bakar fosil untuk menghidupkanya. Keadaan bahan bakar fosil saat ini semakin lama semakin menipis karena pemakaianya yang berlebihan. Hal ini menuntut masyarakat Indonesia untuk menemukan dan mengembangkan berbagai macam alternatif teknologi yang lebih efektif dan efisien, murah serta ramah lingkungan.
Salah satu teknologi alternatif yang dapat digunakan adalah pembangkit listrik yang menggunakan sistem konsentrator surya, yaitu menggunakan matahari sebagai sumber panas. Salah satu keunggulan dari teknologi ini adalah menggunakan energi matahari sebagai sumber utama, sehingga tidak merusak lingkungan.
Sistem ini memusatkan energi sinar matahari dengan menggunakan cermin berbentuk parabola. Cermin tersebut diatur mengarah sinar matahari dan memusatkan sinar matahari ke sebuah mesin yang berada di tengah-tengah titik pusat parabolik tersebut. Cermin parabolik ini berfungsi untuk menerima sinar matahari dan memindahkan panasnya ke cairan yang berada di dalam mesin. Panas yang terjadi mengakibatkan cairan di dalam mengembang dan menekan piston atau turbin dan menghasilkan energi mekanik. Energi mekanik tersebut kemudian digunakan untuk memutar generator untuk menghasilkan listrik.


Salah satu jenis konsentrator surya

Pembangkit listrik dengan sistem konsentrator surya ini belum berkembang di Indonesia, padahal di negara-negara maju seperti Amerika dan Eropa sudah menggunakan teknologi ini untuk menghasilkan listrik, bahkan Amerika meramalkan bahwa teknologi ini sangat berkembang di masa yang akan datang karena murah dan ramah lingkungan. Di Amerika dan Eropa teknologi ini berada di wilayah yang memiliki intensitas matahari yang cukup tinggi seperti di daerah gurun, sedangkan di Indonesia sendiri wilayah yang memiliki intensitas matahari yang cukup tinggi berada di daerah pesisir dan pulau, sehingga teknologi ini sangat potensial diaplikasikan untuk masyarakat pesisir dan pulau-pulau kecil. Diharapkan dengan dikembangkannya pembangkit listrik yang menggunakan sistem konsentrator surya ini dapat meningkatkan tingkat kesejahteraan masyarakat pesisir dan pulau.
MAJULAH TERUS KELAUTAN INDONESIA….



Oleh: Henky Wibowo

powered by Blogger | WordPress by Newwpthemes