Side Scan Sonar

Selasa, 21 September 2010






Side Scan Sonar merupakan salah satu teknologi hidroakustik yang digunakan untuk memetakan dasar laut dan juga dapat digunakan untuk melacak pergerakan kawanan ikan. Teknologi ini sudah cukup baik digunakan untuk mempelajari kehidupan di laut.

Sejarah side scan sonar
Teknologi Side Scan Sonar pertama kali dikembang oleh Dr. Harold Edgerton dari Massachusetts Institute of Technology pada tahun 1960. Edgerton yang merupakan seorang profesor teknik elektro juga telah mengembangkan cahaya kecepatan tinggi untuk fotografi pada tahun 1930. Edgerton menyadari bahwa fotografi tidak cocok digunakan di air yang keruh, untuk itu ia menggunakan prinsip dari tabung cahaya untuk akustik. Dengan memancarkan energi suara secara cepat adan merekam kembalu pantulannya, ia dapat menciptakan suatu perangkat yang dapat memetakan dasar perairan.

Pada tahun 1963, untuk pertama kali Edgerton menggunakan Side Scan Sonar untuk mencari bangkai kapal Vineyard di Teluk Elang, Massachusetts. Dari tahun 1963 sampai 1967, tim Edgerton yang dipimpin oleh Martin Klein berhasil mengembangkan side scan sonar dengan dua chanel. Teknologi tersebut juga telah digunakan untuk membantu Alexander McKee dalam menemukan Kapal Mary Rose yang telah lama hilang.
Edgerton membuat beberapa ekspedisi si seluruh dunia menggunakan side scan sonar untuk menacarai beberapa bangkai kapal dan bahkan juga mencari monster Loch Ness. Di tahun 1975, Edgerton dan Jacques Cousteau menggunakan side scan sonar untuk mencari bangkai kapal HMHS Britannic di Laut Aegean. Britanic merupakan kapal rumah sakit Inggris yang tenggelam pada Perang Dunia I tepatnya tanggal 21 November 1916. Sekarang ini kapal tersebut merupakan situs sejarah yang paling terkenal di dunia.
Hasil dari teknologi side scan yang sebenarnya berupa gambar-gambar dalam lembaran kertas, bukanlah dalam layar komputer. Lembaran kertas ini dibuat dengan memplotkan gambaran sonar pada kertas gulung. Barulah pada tahun 1980 dimana teknologi komputer telah banyak berkembang, hasil dari side scan sonar dibuat dalam bentuk digital. Kemajuan teknologi ini mempermudah pengguna dalam menampilkan dan menyimpan data.
Sampai saat ini, side scan sonar telah banyak mengalami pengembangan. Sekarang ini side scan sonar telah dilengkapi dengan GPS sehingga dapat menentukan kedudukan suatu lokasi secara geografis. Aplikasi side scan sonar juga telah banyak dipergunakan dalam berbagai kegiatan, diantaranya kegiatan komersial, militer dan aplikasi liburan pipa lepas pantai termasuk lokasi dan survei, penegakan hukum dan operasi pemulihan pencarian, arkeologi laut, kapal karam berburu dan mencari ikan.

Cara kerja side scan sonar
Side scan sonar digunakan dengan cara menariknya di kolom perairan. Selama perjalannya, side scan sonar secara terus-menerus memancarkan pulsa akustik ke arah tegak lurus terhadap arah perjalanan. Gelombang akustik yang dipancarkan tersebut akan mengenai dasar perairan ataupun objek lain di dasar perairan dan kemudian akan dipantulkan kembali ke bagian penerima. Gelombang pantulan inilah yang kita kenal dengan backscatter. Waktu selama gelombang akustik dipancarkan sampai diterima kembali akan terus dicatat bersama dengan amplitudonya untuk diplotkan secara deret waktu yang kemudian akan dikirim ke user. Oleh user data tersebut di ditampilkan untuk kemudian diinterpretasikan. Proses ini berlangsung secara terus menerus sehingga terbentuk gambar dari dasar perairan.

Oleh: Rizqi Rizaldi

Menghidupkan LED dengan Switch

Senin, 20 September 2010

Program ini merupakan program untuk menghidupkan LED berjalan dengan perintah melalui switch. Aplikaasi ini menggunakan kit mikrokontroler ATMega8535, 8 buah LED, dan 1 buah swicth. Kedelapan buah LED tersebut masing-masing dihubungkan ke PORTB. Sedangkan sebuah swicth dihubungkan ke PINC.0. Untuk mikrokontroler ATMega8535 semua pin dapat digunakan sebagai input maupun output.

Berikut ini adalah listing programnya:

#include <mega8535.h>
#include <delay.h>
char urutan1 [15] = {0xFE,0xFD,0xFB,0xF7,0xEF,0xDF,0xBF,0x7F,0xBF,0xDF,0xEF,0xF7,0xFB,0xFD,0XFE};
char x;
void main (void)
    DDRB=0xFF;
    PORTB=0xFF;
    DDRC=0x00;
    PORTC=0x00;
    #asm ("nop")  
    while (1)
    {
    while (PINC.0==0)
    {
    for (x=0;x<15;x++)
        {
        PORTB=urutan1 [x];
        delay_ms (100); 
        };  
     }
     }       
}


Oleh: Rizqi Rizaldi

Petunjuk Teknis Sensor Conduktifitas

Jumat, 03 September 2010

Conduktifitas adalah ukuran kemampuan suatu larutan untuk menghantarkan arus listrik. Instrumen conduktifitas berarti suatu alat yang mampu mengukur kemampuan suatu larutan dalam menghantarkan arus listrik antara dua buah plat konduktor yang terpisah dengan jarak tertentu.



Dengan menggunakan Hukum Ohm dimana V=i.R dan pengetahuan tentang conduktifitas (G) dimana G=1/R maka dapat ditentukan nilai conduktifitas yaitu G=i/V.
Jumlah ion konduktif dari larutan seperti garam meningkatkan konduktifitas antara dua buah sel knduktif yang digunakan sebagai sensor. Sensor sendiri berarti segala sesuatu yang dapat menangkap perubahan di lingkungan baik fisik maupun kimia lalu dikonversi menjadi besaran listrik. Semakin tinggi konsentrasi ion akan menghasilkan nilai conduktifitas yang semakin tinggi pula. Sinyal AC digunakan karena dapat mencegah ionisasi dari elektroda.
Nilai conduktifitas juga dipengaruhi oleh suhu. Semakin tinggi suhu dapat menyebabkan ion-ion bergerak lebih cepat. Nilai konduktifitas dapat meningkat 2-5% tiap kenaikan suhu 1oC.
Konduktifitas ditunjukkan dengan satuan microSiemen. Nilai konduktifitas yang tinggi ditunjukkan dengan nilai milliSiemen. Dibawah satu microSiemen, kita dapat menunjukkan nilai konduktifitas dengan satuan ohm.
1 micromho = 1 microSiemen
1.000.000 ohm = 1 megaohm.
1 / 1, 000.000 ohm adalah = microSiemen
1000 micromhos = 1000 microSiemens = 1 milliSiemen
Saat ini industri pengolahan air mengadopsi tata nama PPM untuk menunjukkan nilai konduktifitas. Mengaitkan PPM untuk microSiemens sangatlah sulit, hal ini dikarenakan sebagai air dapat membuat konsentrasi garam yang berbeda dan logam terlarut sehingga mengubah faktor konversi. Lebih baik menggunakan unit microSiemens sebagai satuan ukuran, namun jika anda perlu mengkonversi ke PPM, anda dapat menggunakan rumus berikut:
1 ppm = 1.5 microSiemen.
1 ppm (sodium chloride) ˜ 2 micro siemens (<30,000 uS). 1ppm (mixed salts) ˜ 1.5 micro siemens (<1,000 uS). Konversi yang lebih tepat adalah: ppm = 0.64 x conduktifitas

Oleh: Rizqi Rizaldi

Pengenalan Data Oseanografi

Kamis, 02 September 2010

Data dapat didefinisikan sebagai informasi faktual yang dikumpulkan atau digunakan sebagai dasar untuk analisis, diskusi, alasan, perhitungan, atau pengambilan keputusan. Data dapat dikelompokkan menjadi data primer dan data sekunder. Data primer mengacu kepada informasi yang diambil atau dikumpulkan oleh si peneliti secara khusus untuk keperluan penelitiannya, sementara itu data sekunder mengacu kepada informasi yang sudah dikumpulkan sebelumnya oleh orang lain.

Di Indonesia sendiri kini telah cukup banyak lembaga, khususnya lembaga penelitian dan perguruan tinggi, yang telah melakukan pengambilan dan pengukuran data oseanografi, seperti P2O-LIPI, BPPT, DISHIDROS TNI-AL, BAKOSURTANAL, DKP, ITB, IPB, UNDIP, UNHAS, dll. Sayangnya, sampai saat ini belum ada pusat data oseanografi yang terintegrasi di Indonesia, sehingga sebagian besar data yang ada masih belum termanfaatkan secara optimal, baik untuk keperluan penelitian maupun teknis.

Secara garis besar data oseanografi dapat dikelompokkan menjadi:
1. data fisika oseanografi
2. data kimia oseanografi
3. data biologi laut (termasuk data perikanan)
4. data geologi laut (termasuk data hidrografi)

Berikut adalah daftar beberapa instansi pemerintah yang melakukan pengukuran
parameter-parameter oseanografi:
1. Dinas Hidro-Oseanografi (DISHIDROS) TNI-AL, memroduksi peta hidrografi dan buku pasang surut perairan Indonesia untuk keperluan pelayaran laut.
2. Pusat Penelitian Oseanologi - Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (P2O-LIPI), memiliki data dari beberapa ekspedisi yang telah mereka lakukan dan tertuang dalam laporan ilmiah yang bisa didapatkan di perpustakaan mereka.
3. Unit Pelaksana Teknis (UPT) Baruna Jaya - BPPT, memiliki data dari beberapa ekspedisi yang telah mereka lakukan dan tertuang dalam laporan ilmiah yang bisa didapatkan di perpustakaan mereka.
4. Badan Riset Kelautan dan Perikanan (BRKP) - Departemen Kelautan dan Perikanan (DKP), memiliki data dari beberapa penelitian ilmiah yang telah mereka lakukan dan tertuang dalam laporan ilmiah yang bisa didapatkan di perpustakaan mereka.
5. Pusat Penelitian Geoteknologi LIPI (Geotek-LIPI), memiliki data dari beberapa ekspedisi dan penelitian yang telah mereka lakukan dan tertuang dalam laporan ilmiah yang bisa didapatkan di perpustakaan mereka.

Berikut adalah daftar beberapa situs di luar negeri yang menyediakan data oseanografi secara online dan gratis:
1. Data satelit altimetri dari AVISO, dalam format NetCDF. Tersedia data sea level anomaly, absolute dynamic topography, angin, dan gelombang.
Alamat situs: http://www.aviso.oceanobs.com/html/donnees/welcome_uk.html.
2. Data kedalaman laut dan topografi muka bumi ETOPO5 dengan resolusi 5 menit dari National Geophysical Data Centre (NGDC), dalam format biner.
Alamat situs: http://www.ngdc.noaa.gov/mgg/global/etopo5.HTML.
3. Data kedalaman laut dan topografi muka bumi global TerrainBase dengan resolusi 5 menit dari National Geophysical Data Centre (NGDC), dalam format ASCII. Data hampir sama dengan ETOPO5, dengan beberapa perbaikan untuk topografi muka bumi.
Alamat situs: http://dss.ucar.edu/datasets/ds759.2/.
4. Data kedalaman laut dan topografi muka bumi ETOPO2 dengan resolusi 2 menit dari National Geophysical Data Centre (NGDC), dalam format biner.
Alamat situs: http://www.ngdc.noaa.gov/mgg/fliers/01mgg04.html.
5. General Bathymetric Chart of the Oceans (GEBCO) dengan resolusi 1 menit dalam format NetCDF (Network Common Data Form) untuk GMT (Generic Mapping Tools).
Alamat situs: http://www.ngdc.noaa.gov/mgg/gebco/.
6. Data oseanografi global dari National Oceanographic Data Center (NODC). Di sinitersedia data temperatur, salinitas, fosfat, oksigen, dan lain-lain.
Alamat situs:http://www.nodc.noaa.gov/.
7. Data garis pantai dari GSHHS (Global Self-consistent, Hierarchical, Highresolution Shoreline) yang dikembangkan oleh Dr. Paul Wessel dari SOEST,Universitas Hawaii dan Dr. Walter H.F. Smith dari NOAA Laboratory for SatelliteAltimetry.
Alamat situs: http://www.ngdc.noaa.gov/mgg/shorelines/gshhs.html.
8. Coastline Extractor dari National Geophysical Data Center (NGDC) yang dibuat oleh Rich Signell dari USGS.
Alamat situs: http://rimmer.ngdc.noaa.gov/coast/.

Oleh: Rizqi Rizaldi

powered by Blogger | WordPress by Newwpthemes